Selasa, 19 Oktober 2021

MEMAKAI DASI, CELANA PANJANG, SEPATU, TOPI

Oktober 19, 2021

 S. Bagaimana pendapat Muktamar tentang orang yang memakai celana panjang, dasi, sepatu, dan topi? Sedang orang itu orang Indonesia, haramkah demikian itu, karena dianggap meniru orang kafir? 

J. Apabila memakainya itu sengaja meniru orang kafir untuk turut menyemarakkan kekafirannya, maka hukum orang itu menjadi kafir (dengan pasti). Apabila sengaja tujuan orang tersebut turut menyemarakkan hari raya dengan tidak mengingat kekafirannya, maka hukumnya tidak kafir tetapi berdosa. Apabila tidak sengaja meniru sama sekali, tetapi hanya berpakaian sedemikian, maka hukumnya tidak dilarang tetapi makruh. 

Keterangan, dalam kitab: 



  1. Bughyah al-Mustarsyidin                                                                                                                                      Hasil kesimpulan dari pendapat yang disebutkan oleh para ulama tentang berbusana dengan busana orang kafir adalah: pertama, jika dalam berbusana tersebut ada kecenderungan pada agama mereka (kafir) dan ingin serupa dengan mereka dalam syiar kekafiran, atau bisa berjalan bersama mereka ketempat-tempat peribadatan mereka, maka ia menjadi kafir. Kedua, jika tidak bermaksud yang demikian itu, namun hanya bermaksud mirip saja dengan mereka dalam syiar hari raya atau bisa bermuamalah dengan mereka dalam muamalah yang diperbolehkan maka ia berdosa. Ketiga, jika ia kebetulan saja tanpa tujuan apapun, maka hukumnya makruh, sama seperti pengikat selendang dalam shalat. 

JUAL BELI MERCON UNTUK BERHARI RAYA

Oktober 19, 2021

 S. Bagaimana jual beli petasan (mercon-Jawa) untuk merayakan hari raya atau Pengantin dan lain-lain sebagainya? 

J. Jual beli tersebut hukumnya sah! karena ada maksud baik, ialah: adanya perasaan gembira menggembirakan hati dengan suara petasan tersebut. 



Keterangan, dalam kitab: 

  1. Fath al-Mu'in dan I'anatut-Thalibin                                                                                                                    Adapun mempergunakan atau menyalurkan pada sekolah dan sebagai jalur kebaikan, makanan, pakaian, dan hadiah yang tidak layak baginya maka tidak termasuk mubadzir menurut pendapat yang lebih benar, karena dalam hal demikian itu, ia bertujuan baik, yakni ingin memperoleh pahala dan bersenang-senang. Oleh karenanya, mereka mengatakan: " Tiada berlebihan dalam kebaikan dan tiada kebaikan dalam berlebihan ". 

  2. Fath al-Qarib                                                                                                                                                       Jual beli sesuatu yang tampak riil itu boleh, jika memang memenuhi berbagai persyaratan, seperti barang yang dijual itu suci, bisa dimanfaatkan, bisa diserahkan dan bagi yang bertransaksi mempunyai kuasa (terhadap barang tersebut). 

  3. Hasyiyah al-Jamal                                                                                                                                         Dan yang benar dalam Tallil, bahwa rokok itu sesuai dengan tujuan dibelinya yaitu dihisapnya, dan mengingat rokok itu termasuk barang mubah karena tidak ada dalil yang mengharamkannya maka, mengkonsumsinya berarti memanfaatkannya dengan cara yang mubah.                                                              Mungkin penjelasan yang terdapat dalam Hasyiyah al-Syeikh (al-Ramli), berangkat dari hukum haram. Atas dasar ini, harus dibedakan antaraa yang banyak dan yang sedikit, seperti telah diketahui dari penjelasan yang kami sebutkan. Karena itu, ia hendaknya mengkaji ulang. 

Membeli Barang Seharga Rp 0. 50,-, dengan Menyerahkan Uang Satu Rupiah

Oktober 19, 2021

 S. Bagaimana pendapat Muktamar terhadap orang yang membeli barang seharga Rp. 0.50,- (setengan rupiah) dengan menyerahkan uang sebesar Rp. 1,- (satu rupiah) kemudian ia menerima barang dengan pengembalian Rp. 0,50,-, salahkah jual beli tersebut atau tidak? Karena merupakan jual beli " Muddujwah " (campuran). 



J. Jual beli tersebut hukumnya sah! Menurut Imam Syafi'i, dan sebagian ulama Maliki. 

Keterangan, dalam kitab: 

  1. Syams al-Isyraq                                                                                                                                                   Al- Daqusi berkata dengan menukil dari gurunya al-'Adawi dan al-Dardiri, bahwa dari sebagian ulama memperbolehkan pertukaran tersebut dalam satu riyal atau setengahnya atau pula seperempatnya karena darurat, sebagaimana diperbolehkan menukar satu riyal dengan uang logam perak recehan, demikian pula separuhnya atau seperempatnya karena darurat, walaupun kaidah mengarah pada pelarangan. 

  2. Al-Umm                                                                                                                                                              Seandainya penjual menjual baju kepada seorang pembeli dengan harga separuh dinar, kemudian pembeli membeli uang satu dinar, dan si pemilik baju kemudian memberinya setengah dinar emas, maka yang demikian itu tidak mengapa, karena (penyerahan setengah dinar dari penjual) ini merupakan penjualan yang baru, bukan penjualan yang pertama. 

Followers

Copyright © Islamic. All rights reserved. Template by CB Blogger